Penggembala sapi di Jeneponto Sulawesi Selatan/juandry.blogspot.com
Mata Saparuddin (40 tahun) berkaca-kaca. Air matanya menetes saat pertama kali melihat Kabah. Impiannya untuk berkunjung ke Rumah Allah SWT akhirnya terkabul. "Saya menangis. Bersyukur dan berbahagia karena bisa melihat Ka'bah," ujar pria asal Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan itu berbalut kain ihram.
Bertahun-tahun lamanya, Saparuddin berjuang agar bisa menunaikan
rukun Islam kelima. Ia bukanlah pekerja kantoran atau pegawai di sebuah
perusahaan. Pria itu hanyalah seorang peternak sapi di kampung
halamannya.
Tekadnya untuk memenuhi panggilan Allah SWT begitu kuat. Tak heran,
jika Saparuddin menjadi satu di antara 1,5 miliar muslim di muka bumi
yang terpilih untuk berkunjung ke Baitullah. "Saya memelihara sapi milik
orang lain," tutur Saparuddin.
Ia mengaku menyisihkan uang hasil keringatnya setiap bulan di bank.
"Setiap ada uang sisa, saya tabungkan agar bisa naik haji," kata ayah
satu anak ini.
Saparuddin mengaku tak pernah mengenyam pendidikan. Bahkan, duduk
di bangku sekolah dasar (SD) pun tak pernah. "Saya lahir dalam keadaan
yatim. Orang tua saya dulu tak bisa menyekolahkan saya," katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Saparuddin berkerja sebagai kuli.
Ketekunannya berbuah kepercayaan. Orang kaya di kampungnya menitipkan
sapinya untuk diternak oleh Saparuddin.
Dengan sistem bagi hasil, Saparuddin bisa mendapat uang untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membiayai putrinya kuliah di
Bulukumba. "Ada sisa uang Rp 1 juta, saya tabungkan untuk haji,"
katanya.
Uniknya, orang-orang kaya di sekitar Sapruddin malah belum ada yang
menunaikan haji. "Banyak orang yang kaya di kampung saya, tapi mereka
tak naik haji," tuturnya sembari tersenyum.
Tahun ini, Saparuddin menunaikan haji bersama 185 jamaah dari
Bantaeng. Ia memilih berhaji ifrad, bukan tammatu. Karenanya, ia harus
mengenakan pakaian ihram hingga puncak haji berakhir. "Ada 50 orang dari
Bantaeng yang berhaji ifrad," katanya.
Dengan berhaji ifrad, maka Saparuddin terbebas membayar dam, berupa
seekor kambing. Namun, selama mengenakan kain ihram, ada sejumlah
larangan yang harus dipatuhi Saparuddin dan kawan-kawannya itu.
Ia mengaku berangkat ke Tanah Suci tak bersama istri. "Kalau istri
saya sedang menabung juga. Mudah-mudahan bisa naik haji juga," ucapnya.
Saparuddin mengaku telah berdoa di depan Kabah agar istri dan anaknya
bisa memenuhi panggilan Allah SWT.
Meski tak bersama istrinya, Sapruddin berhaji bersama beberapa
saudaranya. "Saya datang bersama om dan tante," tuturnya.
Saudara-saudaranya itu berkerja sebagai petani.
Dia sungguh beruntung. Betapa tidak. Untuk menunaikan haji, warga
Kabupaten Bantaeng harus menungu selama 15 tahun. Daftar tunggu menjadi
panjang karena jumlah muslim yang ingin berkunjung ke Baitullah semakin
banyak. Namun, jika Allah sudah memanggilnya, seorang gembala sapi pun
bisa berhaji.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !